Kocok Ulang Allo Bank (IDX: BBHI) & Ambisi Besar Chairul Tanjung
Tempias.com, JAKARTA- Gelaran penambahan modal lewat aksi korporasi right issue PT Allo Bank Indonesia Tbk (IDX: BBHI) awal tahun lalu membawa babak baru. Perusahaan di bawah konglomerasi Chairul Tanjung itu sukses mengumpulkan dana publik sebesar Rp 4,8 triliun.
Pelaksanaan right issue mengubah komposisi kepemilikan saham bank milik Chairul Tanjung itu. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia, dominasi PT Mega Korpora yang sebelumnya memiliki 90 persen saham BBHI kini berkurang menjadi hanya memiliki porsi 59,88 persen.
Setelah right issue, Allo Bank kedatangan mitra strategis yang kini juga menjadi pemegang saham dominan. Data KSEI mencatat masuknya PT Bukalapak dengan kepemilikan 11,5 persen, Abadi Investments Pte Ltd sebanyak 7 persen, PT Indolife Investama Perkasa yang merupakan perusahaan di bawah payung konglomerasi Salim Group sebanyak 6 persen.
Selanjutnya untuk kepemilikan saham di bawah 5 persen, berdasarkan prospektus right issue juga ada sederet nama investor strategis yaitu H Holding sebanyak 2,07 persen, dan Trusty Cars 0,69 persen. Sedangkan CT masuk sebagai pemegang saham langsung lewat PT CT Corpora sebanyak 1,88 persen.
Tak hanya lewat right issue, jajaran komisaris Allo Bank juga tercatat melakukan penambahan saham. Berdasarkan data BEI, Ganda Raharja Rusli yang merupakan direktur perusahaan melakukan penambahan sebanyak 1.700 lembar saham pada 19 Januari 2021. Ganda membeli saham BBHI pada harga Rp 5.950 sehingga kepemilikannya naik menjadi 0,00005 persen.
Selain itu juga ada Ali Gunawan yang tercatat sebagai komisaris menebus saham right issue sebanyak 3,6 juta sehingga kepemilikan naik menjadi 7,9 juta atau setara 0,037 persen.
BACA JUGA: Bank BRI (IDX: BBRI) Gelar RUPS, Bersiap Bagi Dividen Lagi?
Mimpi Chairul Tanjung di BBHI
Bagi Chairul Tanjung, suksesnya pelaksanaan right issue menjadi jalan untuk melangkah lebih jauh di industri bank digital.
Apalagi para investor strategis telah menyatakan komitmen untuk memberlakukan kebijakan strategis lock up saham atau larangan divestasi oleh para investor strategis selama tiga tahun sejak tanggal pencatatan saham.
Direktur Utama BBHI Ari Yanuarto Asah dalam keterbukaan kepada bursa pada 17 Januari 2021 menyebutkan kebijakan lock up ini berlaku untuk investor institusi besar seperti Salim Group, Bukalapak, anak usaha Grab, Carro dan Growtheum Capital partner. Keputusan itu dibuat untuk melindungi investor ritel dari penjualan tiba-tiba saham yang dibeli oleh investor institusi saat right issue.
“{kebijakan Lock up} benar sesuai dengan isi perjanjian antara investor strategis dan PT Mega Corpora,” jelas Ari.
Penambahan modal yang disertai masuknya investor strategis membuat CT yakin Allo Bank akan menjadi bank digital besar di Indonesia. Menurut Ari keyakinan itu diperoleh dengan memperhitungkan besarnya customer base yang telah dimiliki oleh CT Corp sebagai perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, media, lifestyle dan entertainment.
Dukungan juga bisa berasal dari customer base yang telah dimiliki investor strategis seperti Salim Group dengan Indomaret, Bukalapak, dan Grab.
Ari juga membenarkan bahwa saat ini Allo Bank tengah bersiap menyambut hadirnya bank digital terbesar di balik aplikasi Allo Bank. Saat ini tahapan pekerjaan dalam penyiapan aplikasi digital yang disiapkan oleh bank digital dimaksud bersama tim IT perseroan dan CT Corp dan sudah memasuki tahap uji coba secara internal.
“Nama dari Bank digital yang membantu penyiapan aplikasi digital Allo Bank akan diumumkan bersamaan dengan peluncuran aplikasi digital Allo Bank ke publik dalam waktu tidak lama lagi.”
Setelah pelaksanaan right issue, Allo Bank tancap gas masuk dalam bank dengan valuasi Rp 6 triliun. Sebagai gambaran pada akhir kuartal III/2021 modal intil BBHI adalah Rp 1,25 triliun.
BACA JUGA: Sah! BNI Caplok Bank Mayora, Ini Skema Akuisisi & Nasib Karyawannya
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pada kuartal III/2021 Allo Bank membukukan pendapatan bersih Rp 85,75 miliar atau tumbuh 77,16 year on year. Meski begitu pertumbuhan pendapatan ini belum mencakup pengembangan aplikasi digital yang kini sedang digarap.
Rencananya, bila aplikasi digital Allo Bank telah diluncurkan, berdasarkan prospektus right issue perusahaan akan mengebut penyaluran kredit.
Dari lantai bursa, setelah berakhirnya masa right issue, harga saham BBHI sempat berada di zona merah. Namun pada penutupan perdagangan Jumat, 21 Januari 2021 harga saham BBHI melesat 10,41 persen dan ditutup pada harga Rp 6.100
Sedangkan dalam perdagangan 1 bulan, harga saham BBHI telah melesat 57,46 persen dari harga 4.000 pada 24 Desember 2021. Harga ini telah mengacu pada harga baru setelah right issue. (Ira Guslina)
Pingback: Terjun Bebas Saham Multipolar (IDX: MLPL) Jelang Right Issue, Begini Penjelasan Manajemen - Tempias.com
Pingback: Tajir! Laba BBNI Meroket 397 Persen, Segini Lho Untung Per Lembar Saham - Tempias.com
Pingback: Gurita Bisnis Kuliner Chairul Tanjung: Wendys, Bakso Boedjangan Hingga Warunk Upnormal - Tempias.com
Pingback: Profil Indra Utoyo, Bos Baru Allo Bank (BBHI) - Tempias.com