Finance

Kurs Hari Ini: Rupiah Tergelincir Terimbas Faktor AS dan China

Tempias.com, JAKARTA – Rupiah ditutup melemah pada perdagangan sore Senin, 17 Januari 2022. Rupiah ditutup melemah 27 point  walaupun sebelumnya sempat melemah 15 point di level Rp. 14.323 dari penutupan sebelumnya di level Rp.14.296. 

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuabi memperkirakan untuk perdagangan  besok Selasa, 18 Januari 2022 mata uang rupiah kemungkinan  dibuka  berfluktuatif dan cenderung melemah  di rentang   Rp.14.300 – Rp.14.370. Fluktuasi ini menurut Ibrahim disebabkan dua faktor.

“Dolar bertahan pada pemantulan akhir minggu pada hari Senin karena investor bersiap untuk pertemuan Federal Reserve AS Januari dan meningkatkan taruhan itu akan memetakan setahun ke depan yang berisi beberapa kenaikan suku bunga, sementara China memangkas biaya pinjaman untuk mendukung ekonomi yang tersendat,” ujar Ibrahim dalam keterangan resmi Senin, 17 Januari 2022.

Menurut dia, dalam sidang Komite Perbankan Senat AS yang berlangsung selama minggu sebelumnya, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bahwa ekonomi AS siap untuk memulai kebijakan moneter yang lebih ketat. Pejabat Fed lainnya juga telah mengindikasikan bahwa bank sentral kemungkinan akan menaikkan suku bunga pada Maret 2022.

The Fed akan bertemu untuk menjatuhkan keputusan kebijakan berikutnya pada 25-26 Januari, sementara Bank of England akan menjatuhkan keputusannya pada 3 Februari.

Di Asia Pasifik, Bank of Japan akan memberikan keputusan kebijakan terbarunya pada hari Selasa. Di tempat lain di kawasan ini, data China yang dirilis pada hari sebelumnya menunjukkan bahwa PDB tumbuh 4 persen tahun-ke-tahun dan 1,6 persen kuartal-ke-kuartal pada kuartal keempat 2021. 

“Ini juga menunjukkan bahwa produksi industri tumbuh 4,3 persen tahun-tahun. penjualan tahun ke tahun dan ritel tumbuh 1,7 persen tahun-ke-tahun di bulan Desember, sementara tingkat pengangguran berada di 5,1 persen.”

Bank Rakyat China, secara mengejutkan, juga memangkas biaya pinjaman untuk pinjaman jangka menengah untuk pertama kalinya sejak April 2020.

Dari segi internal, Ibrahim menyebutkan pasar terus memantau perkembangan Program Pengungkapan sukarela (PPS) atau Tax Amnesty Jilid II yang sedang berlangsung mulai 1 Januari 2022 sampai 30 Juni 2022 mendatang. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat harta bersih yang dilaporkan dalam Program Pengungkapan Sukarela (PPS) mencapai Rp2,33 triliun sampai 13 Januari 2022 atau hampir 2 minggu sejak program ini dijalankan.

Nilai tersebut terdiri dari laporan harta bersih dalam negeri dan repatriasi sebesar Rp1,76 triliun, harta yang diinvestasikan dalam Surat Berharga Negara sebesar Rp141 miliar, dan harta di luar negeri sebesar Rp431,82 miliar. Pelapor tercatat telah mencapai 3.747 Wajib Pajak dengan nilai Pajak Penghasilan (PPh Final) yang terkumpul sebesar Rp272,14 miliar. Harta yang dilaporkan sukarela naik Rp350 miliar sehari. 

Secara bersamaan, Pemerintah memperkirakan perekonomian bisa tumbuh 5,2 sampai 5,8 persen pada tahun 2022, apabila pandemi COVID-19 dapat dikendalikan  sehingga  aktivitas produksi mulai normal, konsumsi masyarakat pulih dan mencapai kisaran 5 persen. dan target herd immunity dapat tercapai. Walaupun International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 hanya tumbuh 5,2 persen.

Selain itu, Pemerintah juga perlu mengimplementasikan reformasi struktural guna mendorong arus investasi masuk yang diarahkan pada sektor-sektor bernilai tambah tinggi serta berorientasi ekspor. Investasi ini juga perlu diprioritaskan untuk sektor-sektor yang menciptakan banyak lapangan kerja berkualitas.

Menurut Ibrahim, ada  tiga tantangan yang dihadapi semua negara pada tahun 2022 yang akan mengganjal pertumbuhan ekonomi, antara lain fenomena inflasi dunia yang mengalami kenaikan karena pasokan dan permintaan yang terdisrupsi serta krisis energi. Di samping itu ketidakpastian pasar dalam menyikapi kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed)  dan perubahan kebijakan The Fed. 

Untuk menghadapi situasi ketidakpastian ekonomi global, ketahanan ekonomi sebuah negara benar-benar diuji. 

“Indonesia diuntungkan oleh permintaan komoditas yang tinggi. Hal tersebut bisa terlihat dari kinerja neraca perdagangan yang surplus berikut juga Current Account Deficit (CAD) tidak terjadi, tapi justru surplus.” (Ahmad Ridwan) 

Redaksi Tempias

Tempias.com, portal berita pasar modal, ekonomi dan gaya hidup kekinian. Kontak kami di: redaksi@tempias.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *